Tidak lama lagi kita akan menghadapi PILKADA serentak, dan tentunya kita akan mendengarkan yang namanya janji-janji para calon kepala-kepala daerah yang akan bertarung pada perhelatan akbar lima tahunan ini, sejatinya adalah para politikus-politikus yang diusung oleh partai politik dari masing-masing partai ini selalu saja mengumbar janji-janji yang kemudian tidak dapat terealisasi ketika para calon kepala daerah terpilih. Janji-janji yang dituang kedalam VISI & MISI ini hanyalah sebuah surga telinga yang diberikan kepada masyarakat pada umumnya terlebih kepada masyarakat yang tidak paham politik. Pertanyaan yang timbul adalah apakah politik seperti itu? Secara garis besar politik dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon.
Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial
adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti
akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai
kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika
ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia
berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya
memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya. Aristoteles
berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai
bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik
dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang
dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara.
Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu
kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut
segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Akan tetapi fakta dan realita sekarang tidak sesuai dengan pengertian politik yang dikatakan Aristoteles. Hari ini politik sejatinya hanyalah panggung pemangku kepentingan-kepentingan yang kemudian tidak memikirkan kesejahteraan rakyat melainkan kesejahteraan diri sendiri dan sanak keluarga. Hari ini banyak terjadi korupsi dimana-mana yang dilakukan oleh para kepala daerah. Pertanyaanya adalah apakah gaji yang diberikan negara tidak cukup? atau apakah uang hasil korupsi sebagai pengganti kerugian pada saat kampanye?
Untuk itu kita sebagai masyarakat (pemilih) jangan hanya melihat para calon kepala daerah ini dari VISI & MISI atau siapa calon berduit saja. Persepsi atau kebiasaan ini harus kita hilangkan dikalangan masyarkat. Politik uang atau yang kita kenal dengan many politic hanyalah memperburuk kedepannya. Bukan hanya many politic, akan tetapi juga bagaimana kita masyarakat mengkaji apa yang tertuang didalam VISI & MISI dari pada calo kepala daerah, karena secara umum VISI & MISI adalah tujuan selama lima tahun menjabat sebagai kepala daerah. Pilihlah kepala daerah yang mempunyai rekam jejak yang jelas, ide dan gagasan yang akan membangun daerah selama lima tahun kedepan.
Pesan yang ingin saya titipkan melalui tulisan ini adalah bagaimana kemudian kita masyarakat menjadi pemilih cerdas dalam pemilihan yang kita laksanakan selama lima tahun sekali, sebab apabila kita sebagai masyarakat salah memilih maka jangan pernah menyalahkan kalau kepala daerah ini tidak konsisten dengan VISI & MISI yang mereka umbar selama kampanye. Sekali lagi saya tegaskan, jangan memilih hanyak karena melihat VISI & MISI ataupin uang. Akan tetapi lihat rekam jejak, ide dan gagasan yang akan membangun daerah selama lima tahun kedepan.
By : Risfiansyah